Kerajaan Darul Kamal merupakan sebuah kerajaan yang berada di daerah Aceh Besar lebih tepatnya di Kecamatan Darul Imarah dan Darul Kamal, asal usul berdirinya Kerajaan Darul Kamal belum jelas. Kerajaan Darul Kamal didirikan oleh Sultan Malik Firman Syah dengan nama lengkapnya yaitu Sultan Muhammad Abdul Malik Firman Syah yang mangkat pada tahun 689 H (1280 M), setelah wafatnya Malik Firman Syah. Kerajaan Darul Kamal diteruskan oleh Sultan Alaiddin Mahmud „abdul Malik Syah (720 H/1320 M), Seri Maharaja Pitri Ni?mah (725 H/1325 M), dan dilanjutkan oleh Sultan Alaiddin Mansur Syah (739 H/1339 M), kemudian pemerintahan selanjutnya digantikan dengan Sultan Mahmud Syah (759 H/1358 M), berikutnya Sultan Nuruddin Al-Mau?qub (776 H/1375), dan Sultan Husein Riayat Syah (789 H/ 1387 M) serta Sultan Alaiddin Abdullah Malikul Mubin dari tahun 789 hingga 825 Hijriyah (1387 – 1422 M).Asal usul berdirinya sebuah Kerajaan Darul Kamal terjadi karena melemahnya Kerajaan Lamuri yang berada di Aceh Besar (Gampong Lamreh sekarang). Melemahnya Kerajaan Lamuri akibat serangan dari Kerajaan Cola dari India Selatan sekitar tahun 1023 M dan 1024 M 2, kira-kira 75 tahun kemudian terjadi lagi serangan dari Majapahit dan terakhir Cheng Ho pada tahun 1414 M,
Kedatangan Cheng Ho dengan angkatan perangnya ke Kerajaan Lamuri untuk membawa pulang Su-Kan-La yang telah memberontak dari Kerajaan Pasai dan lari ke Kerajaan Lamuri, Kerajaan Lamuri pada akhirnya menjadi lemah. Akibat serangan tersebut pecahlah beberapa kampung yang selanjutnya disatukan kembali di bawah kuasa seorang pahlawan atau raja ataupun orang yang disegani. Setelah lenyapnya Kerajaan Lamuri muncul beberapa kerajaan seperti, Kerajaan Darul Kamal, Meukuta Alam (Kuta Alam), Aceh (Darussalam), dan juga ada disebut nama Darud-Dunia.
Pada masa itu juga tumbuh Kerajaan Syir Duli (Pedir). Menurut Veltman, sumber Portugis mengatakan bahwa Ma?ruf Syah raja Pedir (Syir Duli) pernah menyerang dan menaklukkan Aceh Besar tahun 1497 M. Masa itu diangkatnya dua orang wakil di Aceh untuk memimpin 2 buah kerajaan yang berada di daerah Aceh Besar (Darul Kamal) yaitu satu orang di Aceh Besar sendiri dengan nama Sultan Mudhaffar Syah (Darul Kamal) sementara di Daya dipimpin oleh Sultan Ali Ri?ayah syah (raja Daya).
Sebelum berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam, pada penghujung abad XV terdapat 2 (dua) buah kerajaan yaitu Kerajaan Meukuta Alam dan Kerajaan Darul Kamal. Kerajaan tersebut dipisahkan oleh aliran sungai Krueng Aceh, Kerajaan Meukuta Alam berada di sebelah utara Krueng Aceh dan Kerajaan Darul Kamal berada di sebelah selatan yang sekarang dikenal sebagai daerah kabupaten Aceh Besar.
Kerajaan Meukuta Alam dan Darul Kamal sering tidak akur dan sering terjadi peperangan, sehingga keduanya tidak satu pun dapat mengalahkan lawannya, walaupun Kerajaan Meukuta Alam memperkuat persenjataannya dengan meriam yang dibawa dari teluk Lamri6. Untuk meredakan peperangan yang berkelanjutan, putra Syamsu Syah yaitu Ali Mughayat Syah. meminang puteri Inayat Syah dari Kerajaan Darul Kamal. Saat mengantar pengantin laki-laki ke Darul Kamal, dimasukkannya senjata dalam perarakan dan dengan demikian dapat ditaklukkannya negeri Darul Kamal. Dalam pertempuran tersebut Muzafar Syah, putera Inayat Syah, gugur dan dimakamkan di Biluy.
Kerajaan Darul Kamal merupakan sebuah kerajaan, dimana sejarahnya belum sempurna dalam penulisannya, sementara itu Kerajaan Darul Kamal masih meninggalkan jejak-jejak arkeologi yang tersebar di seluruh Kabupaten Aceh Besar tepatnya di Kecamatan Darul Kamal dan Kecamatan Darul Imarah. Untuk itu penulis ingin menelusuri peninggalan Kerajaan Darul Kamal untuk menggambarkan kembali Kerajaan Darul Kamal pada masa kini melalui data artefak dari peninggalan Kerajaan Darul Kamal dan juga data tesktual untuk sejarahnya.